Pengertian Proteksi
Katodik
Proteksi katodik adalah suatu cara perlindungan korosi secara
elektrokimia dimana reaksi oksidasi pada sel galvanic dikonsentrasikan pada
anode dan menghilangkan korosi pada katoda sebagai struktur yang akan
dilindungi secara listrik dibuat negatif sehingga bertindak sebagai katoda.
Elektroda yang lain secara listrik dibuat positif dan bertindak sebagai anode
sehingga tercipta suatu sistem rangkaian arus listrik searah tertutup
sebagaimana halnya bila sepotong logam terkorosi.
Sistem ini membutuhkan anode, katode, aliran listrik diantara keduanya
dan adanya elektrolit. Dengan kata lain penerapan hanya mungkin terjadi bila
struktur yang diproteksi dan anode berada pada hubungan secara langsung baik
secara elektronik maupun secara elektrolit.
Penggunaan zink anode (Zn) atau aluminium anode (Al) sebagai proteksi
katodik merupakan cara anoda korban. Cara anoda korban memiliki beberapa
keuntungan bila digunakan sebagai proteksi katodik antara lain dapat digunakan meskipun tidak ada sumber
arus listrik, pema-sangannya sangat sederhana dan mudah, serta pengawasan yang mudah
sehingga tidak mem-butuhkan orang yang benar-banar ahli. Namun sistem anoda korban juga memiliki
beberapa kelemahan diantaranya adalah arus yang tersedia bergantung pada luasan
anoda (luas permukaan basah kapal) yang tentunya bersifat konsumtif bila
struktur yang diproteksi sangat besar.
Permukaan struktur logam di air laut diubah menjadi bersifat katodik
melalui pemberian arus yang berasal dari anoda korban. Jenis anoda yang sesuai
dipakai di lingkungan air laut adalah anoda korban yang dalam hal ini
menggunakan alloy (campuran logam)
dari bahan seng, aluminium, serta magnesium yang lebih dikenal dengan istilah zink anode, aluminium anode, serta
magnesium anode.
Proses
Pemasangan Proteksi Katodik
Sebelum melakukan
pemasangan proteksi katodik dengan metode anoda korban
ini maka harus
dilakukan pekerjaan pendahuluan. Pekerjaan ini bisanya dilakukan untuk
pembersihan fouling, karat, maupun
cat-cat bekas.
a.
Pembersihan
Badan Kapal
Pekerjaan di atas dok di mulai
dengan pembersihan badan kapal di bawah garis air dari kotoran binatang dan
tumbuhan laut (fouling organisme), cat lama dan hasil
pengkaratan. Beberapa metode telah diketahui untuk pembersihan badan kapal,
diantaranya sebagai berikut:
v Pembersihan terhadap binatang dan tumbuh-tumbuhan laut. Pembersihan ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
· Dengan cara mekanis : dengan memakai skrap (penyekrapan),
pembersihan ini menggunakan tenaga manusia sehingga hasilnya kurang
cepat.
Gambar 4.2 Pembersihan Badan Kapal
dengan Cara Mekanis
(Sumber : Data Perusahaan PT. Dok dan Perkapalan Surabaya)
· Dengan Water
Jet : dengan cara ini hasilnya lebih bersih dan cepat. Pembersihan ini menggunakan air
bertekanan tinggi (6000-10000 psi) yang disemprotkan melalui nozel.
Media yang digunakan biasanya air laut maupun air tawar. Mengingat air
laut mempunyai daya korosi tinggi sebaiknya menggunakan air tawar selain itu jika menggunakan air tawar
binatang dan tumbuhan laut mudah terlepas. Pompa water jet di taruh di atas kereta sehingga mudah untuk di pindah-pindah.
Gambar 4.3 Pembersihan Badan Kapal Menggunakan Water Jet (Sumber: Data Perusahaan PT. Dok dan Perkapalan Surabaya)
v Pembersihan terhadap karat dan cat.
Dengan cara-cara sebagai berikut :
· Palu ketok/chipping : dengan cara ini hasilnya kurang cepat 1-2 m²/jam serta
kurang cepat karena mengunakan tenaga manusia.
· Sikat Baja (wire brush) :
cara ini digunakan setelah dilakukan dengan palu ketok sehingga sisa-sisa yang
masih menempel dapat di bersihkan.
· Gerinda listrik : dengan cara ini tanpa
pengetokan serta hasil pembersihanya lebih cepat serta lebih baik tetapi base metal (plat) ikut terkikis.
· Sand
blasting : Cara ini mengunakan pasir dan udara bertekanan dari kompresor. Pasir-pasir
ditembakkan dengan udara bertekanan melalui nozel.
Biasanya tekanan kompresor (±6 kg/mm²) serta diameter pasir 0,5-2 mm. Cara ini
mengandung debu debu halus sehingga dapat mengganggu kesehatan bila terhirup, sehingga operator
harus menggunakan masker.
· Shot
Blasting : cara ini
hampir sama dengan sand blasting
tetapi media yang digunakan berbeda, biasanya menggunakan butiran butiran baja 0,5-0,8 mm dan biasanya dilakukan
di tempat
tertutup.
b.
Pemeriksaan dan Penggantian Plat
Badan Kapal
Pemeriksaan kerusakan dan cacat pada plat sangat
penting karena dengan proses ini kita dapat menentukan perbaikan-perbaikan
bagian mana yang akan kita kerjakan serta memanejerial waktu sehingga perbaikan
bisa tepat sesuai dengan jadwal. Sebelum memulai pemeriksaan maka harus dilakukan pekerjaan pendahuluan
sebagai berikut :
1.
Pembersihan
tumbuhan dan binatang laut
2.
Pembersihan
terhadap sisa-sisa cat dan karat
3.
Pembersihan
ruang muat dan pembebasan terhadap gas-gas yang mudah terbakar (gas free).
4.
Membuka
tutup man hole (lubang orang).
Setelah pekerjaan
pendahuluan dilaksanakan maka mulai dilakukan pengecekan dan pemeriksaan pada
bagian bagian kapal. Pemeriksaan
tersebut meliputi :
1.
Pemeriksaan
pada plat lambung kapal.
2.
Pemeriksaan
balok balok konstruksi.
3.
Pemeriksaan
kekedapan.
4.
Pemeriksaan
perlengkapan kapal (propeller, jangkar, rudder, dll).
5.
Pengecatan.
6.
Pemasangan proteksi katodik.
c.
Pemeriksaan
plat
lambung
kapal.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Pengurangan ketebalan plat
Selama pelayaran plat akan
mengalami pengurangan ketebalan karena korosi yang dialami oleh plat. Sehingga
pemeriksaan ketebalan akan menjadi sangat penting untuk mencegah kebocoran pada
kapal akibat plat tidak mampu menahan tekanan air sesuai yang direncanakan. Dalam
pelaksanaannya pengecekan ketebalan dicari pada
daerah yang tipis, bisa menggunakan test hammer. Test hammer memiliki dua ujung:
· Ujung yang runcing dipakai menghilangkan
karat atau kotoran lain
· Ujung yang lainya tumpul digunakan untuk
memukul plat
Pemilihan plat tipis tidaknya dengan
mendengarkan suaranya, semakin tinggi nada getaran maka semakin tipis plat tersebut.
Kemudian kita ukur ketebalan plat tersebut. Pengukuran ketebalan biasanya dilakukan pada 50 titik atau sesuai
kontrak. Ada beberapa cara menentukan ketebalan plat :
· Cara lama : dengan
melubangi plat di las dengan acetelyn atau mengebor
bagian plat yang dianggap tipis, kemudian lubang diukur ketebalan platnya, jika
masih memenuhi persyaratan maka lubang tersebut ditutup kembali dengan
ditap dahulu kemudian di baut dan di las dengan las listrik.
Kekurangan : menimbulkan cacat baru.
· Cara baru : dengan
ultra sonic thickness test. Plat yang akan
dites di bersihkan dahulu (dengan gerinda) kemudian diberi cairan
(oli), sebelum digunakan alat
dikalibrasi sesuai dengan plat yang akan kita ukur. Alat ini tidak menyebabkan cacat baru.
Pengurangan ketebalan plat disebabkan
karena korosi, laju korosi pada tempat berbeda beda sehingga pengurangan
ketebalan plat akan berbeda pula. Ketebalan plat yang mengalami pengkaratan tidak
boleh lebih dari standart tebal minimum yang ditetapkan oleh klas. Jika tidak
memenuhi maka plat harus diganti. Dalam penggantian plat/replating maka harus melihat gambar bukaan kulit (sheel exspantion) dimana ketebalan plat pada tiap-tiap bagian sudah
ditulis sehingga jika di ganti ada keterangan, dengan demikian dapat diketahui plat yang sudah di ganti maupun yang
belum, sehingga mempermudah pemeriksaan.
2. Deformasi plat
Deformasi pada plat
bisa disebabkan berbagai cara, misalnya tabrakan dll. Besarnya bengkokan plat
pada bagian yang paling dalam nilainya tidak boleh lebih dari 5x tebal plat
kulit, jika melebihi maka harus di ganti. Pengukuran bisa menggunakan penggaris
baja. Kerusakan plat seperti diatas bisa diperbaiki jika masih memenuhi syarat.
Beberapa cara yang bisa
digunakan untuk memperbaiki antara lain :
· Dengan pemanasan dan pemukulan.
· Dengan hidraulic jack.
3.Keretakan plat.
Keretakan kapal adalah
masalah umum dari kapal karena mengalami banyak tekanan serta moment-moment yang
bekerja pada kapal sewaktu berlayar. Beberapa cara untuk mengetahui keretakan
antara lain :
·
Visual
: pemerikasaan dengan mata telanjang, pemeriksaan ini kurang tidak bisa
dilakukan pada keretakan yang halus.
·
Minyak
dan kapur : cara ini mengunakan media minyak dan kapur untuk membantu memeriksa
keretakan. Langkah-langkahnya
sebagai berikut :
v
Bersihkan
bagian yang akan diperiksa.
v
Permukaan
diberi minyak dan beberapa lama kemudian di lap sampai kering.
v
Permukaan
di lebur dengan larutan kapur.
v
Getarkan
daerah yang akan diamati dengan dipukul palu.
v
Apabila
timbul keretakan akan timbul warna yg berlainan krn minyak keluar dr celah
keretakan.
·
Pemeriksaan dengan
kapur : cara ini digunakan pada keretakan yang
nyata, kapur dilarutkan dengan spiritus agar cepat kering. Daerah yang yang
dianggap retak dilabur dan daerah yang retak akan terlihat terlambat mengering.
·
Magnetik test : cara ini dengan
memanfaatkan medan magnet yang terbentuk akibat adanya keretakan. Sehingga serbuk
magnet berkumpul pada daerah keretakan.
·
Zat warna (penetran test) : cara ini menggunakan cairan
penetran (merah) yang memiliki daya tembus yang baik ke dalam keretakan. Lapisan
dibersihkan dan diberi penetran setelah 10 menit bersihkan penetran lalu diberi
developer (putih) yang menarik penetran sehingga
pada keretakan akan timbul garis-garis merah bila ada keretakan.
d. Penggantian plat badan kapal
Plat yang akan diganti adalah plat yang tebalnya sudah kritis sehingga
perlu diganti, berikut ini adalah cara-cara penggantian plat :
· Tandai terlebih dahulu plat yang akan
diganti (marking).
· Plat dipotong antar gading (main frame), pemotongan harus dilakukan
dengan hati-hati sehingga tidak memotong main frame
· Sebelum memotong (cutting) plat harus dipasang stifner
di atas, arah horizontal agar tidak deformasi(pd web frame). Jika sudah ada senta
pada lambung maka tidak perlu ada stifner, tetapi jika di bagian bawah sentra kamar mesin
lebih baik diberi stifner (antar web frame).
· Setelah plat dipotong antar gading, sisa pelat yang menempel
pada gading dibersihkan, lalu dipasang plat baru.
· Untuk pemasangan plat baru, terutama di bagian haluan dan
buritan kapal, plat harus dibentuk sesuai bentuk body kapal yang akan diganti (forming),
lalu untuk pemasangannya dilas pada gading-gadingnya.
· Plat baru dikunci
sebelum dilas memanjang. Kalau plat terlalu berat diberi plat untuk membantu
menempelnya plat lama dan plat baru.
· Plat yang menempel pada gading di las setempat, tidak
perlu semuanya (zig-zag).
· Setelah selesai dilas, QC galangan, owner
surveyor, dan biro klasifikasi akan memeriksa hasil dari
penggantian plat (las-lasan).
Jika plat yang akan dipasang ukurannya kurang, maka dilakukan line heating kemudian disesuaikan dengan
jack.
a.
Pemasangan anoda korban
Pemasangan anoda ini
bertujuan untuk melindungi badan kapal di bawah garis air terutama pada daerah
daerah yang sering bergesekan atau pergantian plat yang sulit misal pada daerah
ceruk-ceruk. Anoda bisa menggunakan alluminium,
zink maupun magnesium tetapi biasanya yang dipakai
adalah zink karena harganya
yang paling murah. Zinc anoda mampu mengelektrolisis air laut Sehingga proses
pengkaratan badan kapal dapat diperlambat. Zink
anoda dipasang pada daerah yang mempunyai pengkaratan tinggi misalnya :
· Pada daun kemudi.
· Buritan atau tinggi buritan.
· Propeller
bracket.
· Sea
chest.
· Daerah bawah lunas bilda.
· Daerah haluan.
· Daerah pengkaratan aktif dan nyata.
Gambar
4.4 Sea Chest
(Sumber : Data Perusahaan PT.
Dok dan Perkapalan Surabaya)
Sebelum
proses pemasangan anoda korban pada kapal dilakukan kita perlu mengetahui
hal-hal sebagai berikut :
1.
Luas permukaan yang dilindungi (protected surface area) S/A. Adalah luas
permukaan badan kapal yang tercelup air dan yang akan dilindungi. Bagian-bagian
tersebut antara lain luas permukaan basah (wetted
surface area), luas permukaan kemudi, luas permukaan sea chest (kotak laut) dan bagian sekitar propeller. Dan untuk menghitung luas permukaan basah digunakan
rumus sebagai berikut :
WSA = (1,8 x LBP x D) + (LBP x BC x B)
Dimana : WSA = Luas permukaan basah (m2)
LBP = Panjang antara garis tegak (m)
D = Draf
BC = Blok koefisien (m)
B = Lebar (m)
2. Kerapatan arus (current density).
Yaitu jumlah arus yang terdapat pada suatu bagian kapal tiap luasannya dengan
satuan ampere per m2 (A/m2). Hal ini untuk menentukan
besarnya arus yang dibutuhkan untuk melindungi badan kapal dan ini menentukan
laju korosi. Menurut MES (Mitsui
Engineering Standard) kerapatan arus yang terdapat pada bagian kapal adalah
:
- Sea chest : 0,100 A/m2
-
Hull part : 0,005-0,020 A/m2
-
Propeller
: 0,500 A/m2
-
Ballast tank : 0,070-0,100 A/m2
Untuk menghitung besar arus yang dibutuhkan untuk mlindungi
bagian kapal tersebut adalah : I = S/A . Cd
Dimana : I = Besar arus yang dibutuhkan (ampere)
S/A =
Luas permukaan yang dilindungi (m2)
Cd =
Kerapatan arus pada bagian tersebut (A/m2)
3.
Masa operasi (life time). Untuk menentukan waktu pemakaian anoda korban
didasarkan pada jadwal pengedokan rutin kapal (anode repair) dan kebanyakan masa operasi (life time) dan ini ditentukan oleh pihak owner (pemilik kapal). Perhitungan masa operasi dari anoda dapat
menggunakan rumus :
Y = Z
R
Dimana : Y = Masa Operasi Atau Lama Perlindungan
(Tahun)
Z
= Kapasitas arus (ampere)
R
= Arus rata-rata dari anoda (ampere)
4.
Kebutuhan anoda. Berat anoda yang
dibutuhkan untuk melindungi suatu struktur. Rumus perhitungannya adalah :
W = Y . 8760 . I → (dalam 1 tahun = 8760 jam/annual survey)
Z . U
Dimana : W = berat anoda yang
dibutuhkan (kg)
Y = masa operasi atau lama
perlindungan (tahun)
I = Arus yang dibutuhkan
(ampere)
Z = Kapasitas arus anoda yang
dipilih (Ah/kg)
U = Faktor Utilitas (0,9/0,8)
5.
Pemilihan jenis anoda. Jenis anoda
yang ada di pasaran antara lain seng (Zn), aluminium
(Al), dan magnesium (Mg). Adapun
penjelasan lebih lanjut mengenai jenis anoda yang digunakan sebagai proteksi
katodik adalah sebagai berikut :
a.
Seng (Zn)
Anoda seng
digunakan untuk proteksi katodik pada lingkungan yang memiliki resistifitas
rendah, beberapa kondisi air seperti air laut, air payau, dan air tawar.
Tabel 4.2 Komposisi Kimia Anoda
Korban Paduan Seng
Unsur
|
Komposisi (% berat)
|
Kadmium
|
0,150
|
Tembaga
|
0,005
|
Besi
|
0,005
|
Silikon
|
0,125
|
Aluminium
|
0,500
|
Timbal
|
0,006
|
Seng
|
Balanced
|
b.
Aluminium (Al)
Anoda aluminium digunakan pada lingkungan air
laut dan beberapa kondisi air tawar. Aluminium
memiliki umur yang lebih panjang jika dibandingkan dengan magnesium. Aluminium juga
memiliki arus dan karakteristik berat yang lebih baik jika dibandingkan dengan
seng.
Tabel 4.3 Komposisi Kimia Anoda Korban Paduan Aluminium
Unsur
|
Komposisi (% berat)
|
Tembaga
|
0,006
|
Besi
|
0,012
|
Seng
|
0,150
|
Silikon
|
5,000
|
Titanium
|
0,040
|
Indium
|
0,030
|
Aluminium
|
Balanced
|
c. Magnesium
Anoda magnesium biasanya digunakan untuk
proteksi katodik pada lingkungan tanah. Terdapat dua buah alloy magnesium yang umum
digunakan pada proteksi katodik yaitu high
potential magnesium dan H-1 alloy. High potential alloy dihasilkan langsung
dari magnesium yang disuling dari air
laut sementara H-1 alloy dihasilkan dari
magnesium yang diperoleh dari recycling facilities. High potential alloy menyediakan magnesium tegangan keluaran sebesar
-1,70 volt relatif terhadap tembaga sulfat sedangkan H-1 alloy menghasilkan tegangan keluaran yang lebih rendah yaitu -140
volt relatif terhadap tembaga sulfat. Pemilihan alloy magnesium pada proteksi katodik membutuhkan pertimbangan
kebutuhan arus, resistifitas tanah, dan biaya yang akan dikeluarkan.
Tabel 4.4 Standar Kimia Alloy Magnesium
Unsur
|
Komposisi (% berat)
|
Aluminium
|
0,01
|
Manganese
|
0,50 – 1,3
|
Copper
|
0,02
|
Silicon
|
0,05
|
Iron
|
0,03
|
Nickel
|
0,001
|
Magnesium
|
Balanced
|
Tabel
4.5 Spesifikasi Anoda Logam
Logam
|
Potensial teoritis elektroda
|
Kapasitas arus
|
Aluminium
|
1,90
|
2981
|
Seng
|
1,00
|
820
|
Magnesium
|
2,61
|
2205
|
(Sumber : www.pt.acn.com)
Tabel 4.6 Kriteria Dasar Pemilihan Material Anoda Korban
Anoda untuk resivisitas air
|
Bahan
|
Resivisitas air (ohm cm)
|
Aluminium
(Al)
|
Sampai dengan 150
|
Seng (Zn)
|
Sampai dengan 500
|
Magnesium (Mg) (-1,5 v)
|
Lebih dari 500
|
(Sumber : Data Perusahaan PT. Dok dan
Perkapalan Surabaya)
Gambar 4.5 Anoda Korban Yang Sudah Terkorosi
(Sumber : Data Perusahaan PT. Dok dan
Perkapalan Surabaya)
Hal terpenting dari anoda yang dipilih adalah :
a)
Kapasitas arus.
Adalah besarnya ampere/jam listrik yang dapat
disediakan oleh anoda tiap beratnya. Satuannya Ah/kg.
b)
Radius efetif anoda
Adalah daerah yang dapat dipengaruhi oleh anoda
korban. Dalam pemasangannya diusahakan jaraknya mendekati nilai radius efektif
anoda.
c)
Faktor utilities
Adalah besar dari efektivitas penyediaan kapasitas
arus anoda. Nilai kapasitas yang ada dimungkinkan tidak tepat karena faktor
paduan dan faktor lain yang terjadi selama anoda melindungi struktur seperti
terbentuknya lapisan yang memungkinkan aliran arus dari anoda tidak lagi sesuai
dengan kapasitasnya.
6.
Jumlah anoda yang dibutuhkan. Untuk
menentukan jumlah anoda yang dibutuhkan kita tinggal membagi berat keseluruhan
anoda yang telah diperoleh dengan berat anoda persatuannya. Pada perhitungan
kebutuhan anoda jumlah anoda haruslah genap. Hal ini dikarenakan pada waktu
pemasangan nanti andoa akan dibagi dua
sisi (P/S) yang tentu saja sama jumlahnya. Sehingga apabila perhitungan anoda
menghasilkan angka tidak bulat maka dilakukan pembulatan ke atas. Hal ini
dimaksudkan untuk faktor keamanan. Rumus perhitungannya adalah :
N = Dimana : N = Jumlah anoda (buah)
W = berat anoda yang
dibutuhkan (kg)
W@ = berat anoda per
biji (kg)
Berikut contoh langkah-langkah perhitungan jumlah
kebutuhan anoda yang harus dipasang :
1. Data yang diperlukan dalam perhitungan
a.
Karakteristik anoda
Spesifikasi
|
Tipe A
|
Ukuran
|
40 x 150 x 300
|
Berat
|
5,15
|
Arus keluaran
|
0,60
|
Met. Pemasangan
|
Pengelasan
|
Material
|
Aluminium
|
b.
Luas permukaan yang dilindungi
(Protected Surface Area)
External hull :
1887 m2
-
Main part + Bilge keel : 1366,2 m2
-
Stern part : 520,8 m2
c.
Kerapatan arus (Current Density)
External hull
-
Main part + Bilge keel :
0,015 A
-
Stern part : 0,03 A
d.
Masa perlindungan (Life time of
anoda) : 2 Tahun
e.
Kapasitas arus anoda : Al =
2700 Ah/kg
2. Perhitungan arus yang dibutuhkan (Current Requirement)
a.
Jumlah arus yang dibutuhkan untuk
melindungi daerah external hull :
-
Main part
I = 1366,2 x 0,015 A/m2
= 20,493 A/m2
-
Stern part
I = 520,8 x 0,03 A/m2
= 15,624 A/m2
3. Perhitungan berat anoda yang dibutuhkan untuk perlindungan.
a. Berat anoda yang dibutuhkan untuk melindungi daerah external hull :
-
Main part
N = 20,493 x 2 x 8760
2430 = 147,752 kg
-
Stern part
N = 15,624 x 2 x 8760
2430 = 112,65 kg
4. Perhitungan jumlah kebutuhan anoda korban
a. Jumlah anoda yang dibutuhkan untuk melindungi daerah external hull
-
Main part
W = 147,752 kg
= 28,69 =
30 buah
5,15
Stern part
W = 112,65 kg = 21,87 dibulatkan = 22 buah
5,15
Kriteria
perancangan proteksi katodik yang diizinkan/direkomendasikan
di wilayah indonesia adalah :
1. “ NACE Standard ” RP. 0176-83,
item No. 53036 dan British Standard
institution (BSI) BS 7361 part I-1991, tahanan air (water resistivity) adalah 19 Ω/cm dengan temperatur 240C
adalah berkisar 5-6 mA/ft 2 atau 54-65 mA/m2.
2. BS 7361 (BSI) menyarankan untuk struktur yang tidak diberi lapisan (coating) seperti bare steel adalah 100 mA/m2 dan 30 mA/m2
sedangkan untuk bagian yang tertanam adalah 10 mA/m2dan 30 mA/m2
tergantung lingkungannya. Pada kapal yang tidak diberi lapisan cat (paint coating) kepadatan arusnya adalah
100 mA/m2. Tetapi bilamana diperkirakan bahwa terjadinya kerapatan
arus 100 mA/m2 (terjadi kerusakan lapisan cat sebesar 50%) maka
kepadatan arus proteksinya 50 mA/m2 sehingga harus diperhitungkan maximum perhitungan kapal tersebut. Pada
cargo atau ballast tank kepadatan arus adalah 108 mA/m2 dan untuk upper wing tank kepadatan arusnya adalah
130 mA/m2.
3. Kriteria proteksi baja diukur dngan elektroda pembanding Ag/AgCl Ref. Cell
adalah-0,80 volt.
Dalam pelaksanaannya pemasangan anoda
korban pada kapal bukanlah suatu hal yang rumit. Hal terpenting yang harus
diperhatikan dalam pemasangan anoda korban (sacrificial
anode) ini adanya kontak listrik yang baik antara struktur yang dilindungi
dengan anoda. Anoda korban juga harus dipasang pada daerah yang mempunyai
pengkaratan tinggi seperti pada daun kemudi, buritan atau linggi buritan, propeller bracket, sea chest (lemari besi dalam kapal), daerah bawah lunas bilda,
daerah haluan, dan daerah pengkaratan aktif dan nyata.
Sebelum pemasangan dilakukan, anoda
harus dibersihkan serta dibiarkan terbuka. Dalam teknisnya badan kapal dicat
terlebih dahulu setelah itu baru anoda dipasangkan. Antara anoda korban dan
badan kapal diselipkan isolator berupa lapisan karet atau cat. Ada 2 cara untuk
memasang anoda korban pada kapal yaitu :
1.
Pemasangan untuk bagian dalam
Ada beberapa
cara pemasangan anoda korban untuk bagian dalam. Cara tersebut antara lain :
a.
Cara pemasangan kondisi stand off, anoda dipasang pada posisi
horizontal (flush mounted). Pada
kondisi stand off anoda dipasang
dengan menggunakan baut.
b.
Cara pemasangan las engkol (crank weld), anoda dipasang dengan
menggunakan las engkol. Cara ini digunakan untuk pemasangan anoda di daerah
penumpu (girder).
c.
Cara pemasangan dengan
satu/dua las engkol (double/single crank weld), hampir sama dengan
yang b hanya saja terkadang dalam pemasangan anoda menggunakan 2 las engkol
tergantung pada posisi pemasangannya.
d.
Cara pemasangan dengan baut
tap, anoda dipasang dengan menggunakan baut tap. Cara ini biasa digunakan untuk
memasang anoda di daerah gading balik (web
frame).
e.
Cara pemasangan jepit (clamp), anoda dijepit kemudian
dipasangkan di sisi samping struktur yang dilindungi.
f.
Cara pemasangan dengan U-bolt, tidak beda jauh dengan
pemasangan menggunakan baut tap hanya saja pada U-bolt baut yang digunakan ada dua buah.
2.
Pemasangan untuk bagian luar
Cara pemasangan untuk bagian luar
biasanya menggunakan metode pengelasan. Sebelum anoda dipasangkan pada plat
maka antara plat dan anoda harus diberi/diselipkan isolator seperti lapisan
karet atau cat hai ini dimaksudkan agar spektrum listrik yang dihasilkan oleh
anoda dapat menyebar untuk melindungi lambung kapal. Radius spektrum listrik
dari anoda adalah ± 2,5 m. Apabila hal ini diabaikan (tidak memakai lapisan
karet atau cat) maka anoda tidak akan bekerja dengan baik sebab spektrum
listrik tidak akan menyebar.
Pemasangan anoda lebih banyak di buritan kapal, hal ini disebabkan
karena pada bagian buritan kapal lebih sering terjadi tekanan partikel air laut
akibat aliran fluida dalam laut sehingga menimbulkan turbulensi. Dengan
pemasangan anoda diharapkan dapat menekan laju korosi pada plat baja kapal
sehingga nantinya bisa memperpanjang usia plat kapal, memanimalisasi terjadinya
kecelakaan yang tentunya juga bisa menekan biaya operasional dan memberikan
suatu nilai ekonomis bagi perusahaan pelayaran.
Gambar 4.6 Proses Pengelasan Anoda
(Sumber : Data Primer)
BAB V
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Berdasar
pengamatan dan hasil kerja praktek yang dilakukan di PT. Dok dan Perkapalan
Surabaya (Persero), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Perencanaan pengendalian
produksi yang dilakukan di PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) dibagi
menjadi dua, yaitu perencanaan dan pengendalian produksi untuk pembuatan kapal
dan perencanaan dan pengendalian produksi untuk reparasi kapal.
2.
Secara umum kegiatan produksi
di PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) meliputi proses
pembangunan/produksi kapal baru dan reparasi/perbaikan kapal.
3.
Pemeliharaan yang dilakukan di
PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) yaitu meliputi pemeliharaan periodik
dan pemeliharaan non periodik.
4.
Quality Control yang diterapkan di PT.
DPS meliputi semua proses mulai awal proses produksi hingga akhir proses, termasuk
didalamnya quality control pdreparasi poros baling-baling kapal yang telah dijalankan sesuai prosedur
yang berlaku di PTDok n Perkapalan Surabaya (Persero).
5.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang diterapkan di PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) sudah
mengacu UU K3 Tahun1970,tapi dalam pelaksanaan pegawai belum taat untuk memakai
alat pelindung diri dengan baik. Juga sarana kesehatan (poliklinik) sudah
tersedia.
6.
Pada pemasangan proteksi
katodik ada 3 logam yang dapat digunakan sebagai anoda korban yaitu antara lain
zink, aluminium, dan magnesium. Ada dua cara untuk memasang anoda korban pada
plat baja kapal yaitu cara pemasangan untuk bagian dalam kapal dan cara
pemasangan untuk bagian luar kapal.
5.2
Saran
1.
Untuk industri antara lain :
· Untuk pemeliharaan mesin perlu menambah tenaga kerja mengingat
jumlah tenaga kerja dan jumlah mesin tidak berimbang.
· Demi keselamatan pekerja sebaiknya perusahaan lebih menekankan
pegawainya untuk berjalan di line safety
plan (garis keamanan) yang ada pada sepanjang jalan di dalam perusahaan.
Karena berdasarkan dari pengamatan masih banyak pekerja yang masih berjalan
diluar garis.
2.
Untuk jurusan antara lain :
· Untuk PI harus disesuaikan dengan kalender akademik.
· Untuk waktu 2 bulan sesuaikan dengan liburan kalender akademik agar
tidak mengganggu perkuliahan mahasiswa.
· Biro PI diharapkan memilih tempat PI yang bisa dimasuki atau yang
masih kosong.
DAFTAR PUSTAKA
NACE, “Basic Corrosion Course”, National
Association of Engineers, 1978
Kenneth R. Trethewey dan John
Chamberlain, “Korosi”, Alih bahasa
Alex Tri Kantjono Widodo, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1991
Sulaiman, A, “Proteksi Katodik”, Makalah Kursus, Institut Teknologi Bandung, 1995
Morgan, J. “Cathodic Protection”, National Association of Corrosion Engineers,
1987
http://www.corrosion.co.za/pdf/Cathodic_Protection_for_Ships.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar